Kamis, 08 Oktober 2009

Ilmu adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan
meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam
manusia [1]. Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya[2].
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa
menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi kedalam
hal yang bahani (materiil saja)
atau ilmu psikologi hanya bisa
meramalkan perilaku manusia
jika membatasi lingkup
pandangannya ke dalam segi
umum dari perilaku manusia
yang kongkrit. Berkenaan
dengan contoh ini, ilmu-ilmu
alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jauhnya
matahari dari bumi, atau ilmu
psikologi menjawab apakah
seorang pemudi sesuai untuk
menjadi perawat.
Daftar isi [sembunyikan]
1 Etimologi
2 Syarat-syarat ilmu
3 Pemodelan, teori, dan
hukum
4 Matematika dan metode
ilmiah
5 Bidang-bidang keilmuan
5.1 Ilmu alam
5.2 Ilmu sosial
5.3 Ilmu terapan
6 Tema terkait
7 Lihat pula
8 Referensi
9 Pranala luar
9.1 Sumberdaya
[sunting] Etimologi
Kata ilmu sendiri merupakan
kata serapan dari bahasa
Arab "ilm"[3] yang berarti
memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan
penyerapan katanya, ilmu
pengetahuan dapat berarti
memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial
dapat berarti mengetahui
masalah-masalah sosial, dan
lain sebagainya.
[sunting] Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan,
ilmu merupakan pengetahuan
khusus dimana seseorang
mengetahui apa penyebab
sesuatu dan mengapa. Ada
persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu[4].
Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak
terpengaruh paradigma ilmu-
ilmu alam yang telah ada
lebih dahulu.
1. Obyektif. Ilmu harus
memiliki obyek kajian
yang terdiri dari satu
golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya,
tampak dari luar maupun
bentuknya dari dalam.
Obyeknya dapat bersifat
ada, atau mungkin ada
karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam
mengkaji obyek, yang
dicari adalah kebenaran,
yakni persesuaian antara
tahu dengan obyek, dan
karenanya disebut
kebenaran obyektif;
bukan subyektif
berdasarkan subyek
peneliti atau subyek
penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-
upaya yang dilakukan
untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam
mencari kebenaran.
Konsekuensi dari upaya
ini adalah harus terdapat
cara tertentu untuk
menjamin kepastian
kebenaran. Metodis
berasal dari kata Yunani
“Metodos” yang berarti:
cara, jalan. Secara umum
metodis berarti metode
tertentu yang digunakan
dan umumnya merujuk
pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam
perjalanannya mencoba
mengetahui dan
menjelaskan suatu obyek,
ilmu harus terurai dan
terumuskan dalam
hubungan yang teratur
dan logis sehingga
membentuk suatu sistem
yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.
Pengetahuan yang
tersusun secara
sistematis dalam
rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran
yang hendak dicapai
adalah kebenaran
universal yang bersifat
umum (tidak bersifat
tertentu). Contoh: semua
segitiga bersudut 180ยบ.
Karenanya universal
merupakan syarat ilmu
yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar
ke-umum-an (universal)
yang dikandungnya
berbeda dengan ilmu-
ilmu alam mengingat
obyeknya adalah
tindakan manusia.
Karena itu untuk
mencapai tingkat
universalitas dalam ilmu-
ilmu sosial, harus
tersedia konteks dan
tertentu pula.
[sunting] Pemodelan, teori,
dan hukum
Artikel utama: metode ilmiah
Istilah "model", "hipotesis",
"teori", dan "hukum"
mengandung arti yang
berbeda dalam keilmuan dari
pemahaman umum. Para
ilmuwan menggunakan istilah
model untuk menjelaskan
sesuatu, secara khusus yang
bisa digunakan untuk
membuat dugaan yang bisa
diuji oleh percobaan/
eksperimen atau pengamatan.
Suatu hipotesis adalah
dugaan-dugaan yang belum
didukung atau dibuktikan oleh
percobaan, dan Hukum fisika
atau hukum alam adalah
generalisasi ilmiah
berdasarkan pengamatan
empiris.
[sunting] Matematika dan
metode ilmiah
Matematika sangat penting
bagi keilmuan, terutama
dalam peran yang
dimainkannya dalam
mengekspresikan model
ilmiah. Mengamati dan
mengumpulkan hasil-hasil
pengukuran, sebagaimana
membuat hipotesis dan
dugaan, pasti membutuhkan
model dan eksploitasi
matematis. Cabang
matematika yang sering
dipakai dalam keilmuan di
antaranya kalkulus dan
statistika, meskipun
sebenarnya semua cabang
matematika mempunyai
penerapannya, bahkan bidang
"murni" seperti teori bilangan
dan topologi.
Beberapa orang pemikir
memandang matematikawan
sebagai ilmuwan, dengan
anggapan bahwa pembuktian-
pembuktian matematis setara
dengan percobaan. Sebagian
yang lainnya tidak
menganggap matematika
sebagai ilmu, sebab tidak
memerlukan uji-uji
eksperimental pada teori dan
hipotesisnya. Namun, dibalik
kedua anggapan itu,
kenyataan pentingnya
matematika sebagai alat yang
sangat berguna untuk
menggambarkan/menjelaskan
alam semesta telah menjadi
isu utama bagi filsafat
matematika.